Edit Content

Follow Social Media Kami

Mitos dan Takhayul Apa Saja yang Ada di Jepang? (Part 2)

Table of Contents

Di Jepang, ada banyak mitos dan takhayul rakyat yang terdengar menarik sekaligus penuh makna. Beberapa mencerminkan karakter khas masyarakat Jepang, sementara yang lain berakar dari latar belakang sejarah budaya negeri tersebut.

Kami akan mengajak kamu mengenal beberapa mitos dan takhayul unik Jepang agar kamu semakin memahami budaya di negeri sakura tersebut.

Langsung Tidur Setelah Makan Bisa Jadi Sapi

Seperti yang diketahui, sapi adalah hewan yang sering berbaring untuk memamah biak setelah makan (mengunyah kembali setelah makanan ditelan).

Oleh karena itu, orang Jepang sering membandingkan orang yang langsung tidur setelah makan dengan sapi, seolah-olah perilakunya sama.

Selain itu, tidur segera setelah makan juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan atau refluks asam lambung.

Jadi, takhayul ini sebenarnya mengandung pesan untuk menjaga kesehatan tubuh agar terhindar dari masalah tersebut.

Berbohong Akan Membuat Raja Neraka Mencabut Lidahmu

Kepercayaan bahwa berbohong akan membuat Raja Neraka mencabut lidah seseorang, pada dasarnya digunakan untuk mendidik anak-anak agar tidak berbohong.

Dalam budaya Jepang, Raja Neraka dikenal sebagai sosok yang mengadili roh setelah kematian.

Konon, kisah ini berasal dari kitab-kitab Buddhis seperti Shōbōnenjōkyō dan Kanbutsu Sanmaikyō, yang menggambarkan bahwa orang yang berbohong akan disiksa di neraka dengan lidahnya dijepit dan dicabut menggunakan penjepit besi panas, berulang kali.

Selain itu, ada juga ungkapan yang sering muncul di drama atau anime Jepang: “Orang yang berbohong harus menelan seribu jarum.

Ungkapan ini berasal dari lagu anak-anak di masa Meiji hingga Taisho yang berbunyi “Yubikiri genman, uso tsuitara hari senbon nomasu” (Janji kelingking, kalau berbohong harus menelan seribu jarum).

Tradisi mengaitkan jari kelingking ini diyakini berawal dari ritual di distrik pelacuran Yoshiwara pada zaman Edo, di mana seorang wanita akan memotong ruas pertama jari kelingkingnya dan memberikannya kepada pria yang dicintainya sebagai bentuk sumpah setia. Dari sinilah gerakan “janji kelingking” terbentuk.

Jangan Berfoto Bertiga, Orang di Tengah Akan Cepat Meninggal

Di masa lalu, ada kepercayaan di Jepang bahwa tiga orang tidak boleh berfoto bersama karena orang yang berada di tengah akan meninggal lebih cepat. Karena itu, orang Jepang biasanya menambah satu orang lagi agar jumlahnya genap dan tidak sial.

Mitos ini diyakini berasal dari zaman Showa, saat teknologi fotografi belum berkembang pesat dan proses memotret masih memakan waktu lama. Akibatnya, muncul kepercayaan bahwa foto bisa “mencuri” jiwa seseorang.

Karena kualitas fokus kamera pada masa itu masih buruk, bagian tengah foto biasanya paling tajam, sehingga muncul anggapan bahwa “jiwa orang di tengah” tertangkap kamera.

Ada pula teori lain yang menyebutkan bahwa karena dalam budaya Jepang posisi tengah biasanya diberikan kepada orang yang lebih tua — dan mereka umumnya memang lebih dulu meninggal — maka muncullah takhayul ini.

Baca Juga:

Mitos dan Takhayul Apa Saja yang Ada di Jepang? (Part 1)

Saat Petir Menyambar, Tutupi Pusar!

Banyak orang mungkin pernah mendengar kepercayaan Jepang bahwa Dewa Petir (Raijin) akan mencabut pusar anak-anak dan memakannya.

Asal mula kepercayaan ini sebenarnya cukup logis. Saat hujan deras dan petir, suhu udara turun drastis. Jika anak-anak tidur atau bermain sambil memperlihatkan perut, mereka bisa masuk angin atau sakit perut.

Maka dari itu, para orang tua menggunakan cerita “Dewa Petir akan memakan pusar” agar anak-anak mau menutup perut mereka dan tidak sakit.

Menulis Huruf “人” (Orang) Tiga Kali di Telapak Tangan dan Menelannya Bisa Mengurangi Rasa Gugup

Meskipun termasuk takhayul, kebiasaan ini sebenarnya lebih mirip teknik sugesti diri. Saat seseorang gugup akan tampil di depan umum, orang Jepang sering menulis huruf “人” tiga kali di telapak tangan, lalu berpura-pura menelannya.

Konon, cara ini bisa membuat seseorang merasa lebih tenang dan tidak takut menghadapi orang banyak.

Selain itu, di tengah telapak tangan terdapat titik akupresur yang disebut Rōkyū (労宮), yang dipercaya berhubungan dengan relaksasi dan pengurangan stres.

Jadi, menulis huruf “人” di telapak tangan mungkin juga secara tidak langsung menstimulasi titik ini, membantu mengurangi ketegangan.

Budaya dan Sejarah di Balik Mitos dan Takhayul Jepang

Bagaimana pendapatmu tentang berbagai mitos dan takhayul Jepang yang terdengar aneh ini? Meski tampak tidak masuk akal, sebagian besar sebenarnya menyimpan pesan moral dan kebijaksanaan dari generasi terdahulu.

Misalnya, ada pula kepercayaan bahwa “memotong kuku di malam hari akan membuatmu tak sempat melihat orang tuamu untuk terakhir kali.”

Pesan ini muncul karena pada masa lalu penerangan masih minim sehingga memotong kuku di malam hari bisa melukai jari.

Jadi, walau banyak takhayul terdengar kuno, sebenarnya mereka punya alasan logis dan nilai budaya yang penting di baliknya. Apakah kamu juga pernah merasakan ada takhayul yang ternyata memang masuk akal?

Share Postingan Ini!

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest