Di Jepang, kamu bisa menemukan beragam matsuri (festival) yang menarik untuk ditonton. Salah satunya adalah Fuigo Matsuri.
Fuigo Matsuri memang tidak sepopuler Gion Matsuri, Nebuta Matsuri, obon Matsuri, Tenin Matsuri, atau pun Sapporo Snow Festival.
Namun, festival ini memiliki makna yang mendalam dan selalu diadakan di beberapa kawasan yang ada di Jepang.
Apakah Japafans tahu tentang festival ini? Kalau belum, simak artikel ini untuk memahaminya.
Apa Itu Fuigo Matsuri?
Fuigo Matsuri (ふいごまつり) adalah festival yang erat kaitannya dengan profesi tradisional Jepang, seperti pandai besi, pengrajin logam, pembuat pedang, atau orang-orang yang bekerja dengan api lainnya.
Festival ini merupakan bentuk syukur kepada dewa api dan alat-alat kerja seperti fuigo serta doa untuk keselamatan dan keberhasilan pekerjaan mereka.
“Fuigo” dalam bahasa Jepang artinya bellows atau alat untuk memompa udara ke dalam tungku.
Alat ini menyerupai pedal lipat yang diinjak untuk memompa udara, mirip dengan pompa manual.
Dahulu, pompa ini digunakan bukan untuk balon, melainkan untuk menyalurkan udara ke tungku. Tungku tersebut diperlukan untuk pekerjaan memasak menggunakan kayu bakar.
Namun ada satu profesi yang menggunakan tungku sepanjang hari, yaitu pandai besi.
Pada masa perang, pandai besi bertugas membuat pedang dan senjata untuk medan perang.
Setelah masa damai, mereka beralih memproduksi peralatan rumah tangga seperti pisau dapur dan barang logam lainnya.
Selain itu, ada juga pengrajin logam yang mencetak barang menggunakan cetakan serta profesi lain seperti penjaga pemandian air panas dan pengering rumput laut yang semua bergantung pada tungku. Karena itulah, alat “Fuigo” digunakan sepanjang waktu tanpa henti.
Setelah setahun penuh bekerja keras, festival ini diadakan untuk menghormati “Fuigo” dan memohon kepada dewa api agar pekerjaan mereka berjalan lancar.
Biasanya, Fuigo Matsuri akan diadakan pada tanggal 8 November di berbagai kuil besar dan kecil di Jepang.
Di hari tersebut, para pandai besi dan pengrajin logam libur sehari untuk membersihkan alat “Fuigo”, menghiasinya dengan tali jerami (shimenawa), dan mempersembahkan sesajen sebagai bentuk rasa syukur.
Dewa Api dan Jeruk dalam Fuigo Matsuri
Festival ini juga memuja dewa api, yaitu Kanayamahiko no Mikoto dan Kanayamahime no Kami yang merupakan pelindung api dan logam dalam mitologi Jepang.
Keduanya diyakini lahir dari muntahan dewa api Kagutsuchi no Kami. Selain itu, dewa Inari yang awalnya dikenal sebagai pelindung pertanian juga dihormati oleh pandai besi karena hubungannya dengan api dan masakan.
Ada legenda menarik terkait Fuigo Matsuri. Dikisahkan bahwa pada tanggal 8 November, sebuah “Fuigo” jatuh dari langit dan tergantung di pohon jeruk.
Inilah asal usul penggunaan jeruk sebagai sesajen dalam perayaan Fuigo Matsuri. Meski jeruk bersifat asam dan dapat merusak logam, pada hari ini jeruk justru menjadi simbol istirahat para pandai besi.
Di masa lalu, jeruk juga melambangkan keberuntungan, seperti kisah pedagang besar era Edo, Kii no Kuniya Bunzaemon. Ia berhasil meraih kekayaan dengan menjual jeruk pada saat badai untuk memenuhi kebutuhan festival ini.
Tradisi Memberikan Jeruk
Dalam Fuigo Matsuri, jeruk yang dipersembahkan dipercaya memiliki manfaat kesehatan seperti mencegah flu.
Setelah upacara selesai, jeruk-jeruk tersebut biasanya dibagikan kepada anak-anak untuk dimakan agar mereka tetap sehat.
Jika kamu berkunjung ke Jepang pada tanggal 8 November, sempatkanlah untuk mengunjungi kuil Inari atau bengkel pandai besi modern.
Perhatikan altar yang dihiasi dengan tali jerami dan “Fuigo” yang diletakkan di meja persembahan sebagai wujud penghormatan.
Jika beruntung, kamu juga bisa menikmati jeruk yang dibagikan selama festival. Festival ini adalah salah satu cara untuk mendalami budaya Jepang yang kaya dan unik!