Edit Content

Follow Social Media Kami

Fenomena ‘Friendship Marriage’, Pernikahan Tanpa Cinta di Jepang

tren friendship marriage di jepang

Table of Contents

Japafans, pernah kebayang menikah dengan seseorang tanpa rasa sayang dan cinta? Nah, media sosial baru-baru ini sedang ramai dengan tren ‘friendship marriage’ di Jepang. Faktanya, Jepang tengah dilanda krisis angka pernikahan dan kelahiran.

Pada 2023, pernikahan di Jepang menurun hingga 6 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini pun memprihatinkan dan membuat Jepang nyaris tidak memiliki generasi penerus. Hal ini membuat kaum muda di Jepang memilih untuk melakukan ‘friendship marriage’. Yuk, simak penjelasannya tentang tren baru ini.

Apa Itu ‘Friendship Marriage’?

Jika umumnya pernikahan berlandaskan rasa sayang dan cinta maka berbeda dengan tren yang satu ini. Pasalnya, ‘friendship marriage’ mengajak pasangan di Jepang menikah tanpa rasa cinta.

Alih-alih mengutamakan romantisme, hubungan ini lebih menekankan persahabatan daripada cinta dan hubungan seksual. Dilansir dari Times Now, hubungan ini disebut sebagai cinta platonis, yang mana tidak ada rasa cinta dan aktivitas seksual yang dilakukan selama pernikahan.

Meskipun begitu, tren ini membantu hampir 80 persen pasangan yang menjalani hubungan ini hidup bersama dengan kebahagiaan.

Bagaimana Cara Kerjanya?

Tren ‘friendship marriage’ ini sebenarnya telah ada sejak 2015 lalu. Seiring berjalannya waktu, hubungan ini pun menjadi sebuah tren pernikahan baru bagi pasangan muda di Jepang.

Menurut South China Morning Post, sebuah agen pernikahan yang khusus menangani ‘friendship marriage’ bernama Colorus, menyebutkan setidaknya ada 500 pasangan yang sudah menikah dengan pasangan platonis di Jepang.

Uniknya, pasangan yang menjalani cinta platonis ini menjalani hubungan rumah tangga dengan harmonis hingga memiliki anak. Meskipun tidak melakukan hubungan intim layaknya pasangan suami istri, pasangan platonis memutuskan untuk memiliki anak bersama melalui inseminasi buatan.

Dilansir dari Next Shark, pasangan yang menjalani ‘friendship marriage’ ini memiliki konsep bebas untuk hidup bersama atau terpisah. Bahkan mereka juga diizinkan untuk menjalani hubungan romantis dengan orang lain asalkan ada kesepakatan bersama.

Kebanyakan yang tertarik dengan tren pernikahan ini dilakukan oleh masyarakat yang menginjak usia 30-an dan memiliki pendapatan di atas rata-rata di Jepang. Seseorang yang tertarik ingin melakukan ‘friendship marriage’ harus mencari seseorang dengan minat dan prinsip kehidupan yang sama untuk bisa hidup bersama.

Penyebab Tren ‘Friendship Marriage’ Ramai di Jepang

tren kehidupan di jepang

Selain jumlah pernikahan yang menurun di Jepang, tren ini juga banyak dinikmati oleh mereka yang tidak tertarik dengan hubungan romantis dan pernikahan tradisional. Apalagi dengan adanya tekanan yang tinggi dari orang-orang terdekat maupun masyarakat untuk menikah.

Pasalnya, sekitar 75 persen orang di Jepang yang berusia 30-an masih menjadikan pernikahan sebagai tujuan hidup. Sayangnya, sebanyak 47,2 persen pasangan yang sudah menikah dilaporkan belum melakukan hubungan intim maupun aktivitas seksual dalam sebulan terakhir. Mengejutkannya lagi, angka tersebut terus meningkat.

Oleh sebab itu, ‘friendship marriage’ dianggap sebagai alternatif dari pernikahan tradisional. Hal ini juga dijadikan sebagai untuk menjadikan citra sosial yang dianggap dewasa dan stabil.

Meski tidak jarang juga hubungan ini dapat berkahir dengan perceraian. Namun, para pasangan platonis ini mendapatkan sejumlah keuntungan termasuk dalam menikmati kebijakan, misalnya menikah dapat menghindari pajak yang dibebankan cukup banyak kepada para lajang di Jepang.

Baca Juga: 4 Budaya Jepang yang Terkenal di Dunia

Mungkin tren ini tidak sesuai dengan budaya di Indonesia, ya. Nah, kalau menurut kamu bagaimana, Japafans?

Share Postingan Ini!

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest